Sabtu, 4 September 2021 - 10:53
Transformasi Digital dan Lonjakan Investor di Pasar Modal di masa Pandemi
Oleh ; Tim Riset Iqtishad Consulting Indonesia
Musibah Pandemi Covid 18 telah menimbulkan quantum spektakuler dalam dunia investasi dan capital market.
Sudah menjadi fakta bahwa peristiwa Pandemi memicu dan memacu transformasi ekonomi digital dengan kecepatan yang tak terbayangkan sebelumnya.
Tren pertumbuhan pengguna internet dan ekonomi digital juga mendorong peningkatan penggunaan layanan digital di industri keuangan, termasuk pasar modal.
Melihat jumlah pengguna internet yang mencapai 203 juta atau 74% penduduk Indonesa, bola salju ekonomi digital itu akan kian membesar. Apalagi, 93% konsumen menyatakan minimal akan memakai satu layanan digital setelah pandemi.
Riset oleh Google, Temasek, dan Bain & Company juga menyebut ekonomi digital Indonesia akan tumbuh rata-rata 23% per tahun hingga mencapai US$ 124 miliar di 2025
Menurut Laporan terbaru Google, Temasek dan Bain & Company menyebut, tahun 2020 lalu, nilai transaksi kotor atau gross merchandise value (GMV) ekonomi digital di Indonesia mencapai USS 44 miliar. Angka ini tumbuh 11% dari 2019 dan ini merupakan pertumbuhan kedua tertinggi di Asia Tenggara setelah Filipina.
Fantastisnya, nilai itu mencapai 42% dari total nilai transaksi ekonomi digital Asia Tenggara yang USS 105 miliar.
Mayoritas memang masih disumbang oleh pertumbuhan e-commerce yang mencapai 549 merjadi USs 32 miliar.
Pasar modal turut memetik manfaat dari tren ini termasuk pasar modal syariah
Dalam rilis terbarunya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakui, optimalisasi kampanye maupun layanan digital berperanan besar dalam Ionjakan satu juta investor saham baru selama 2021. Ini hampir dua kali lipat tambahan investor baru sepanjang 2020 lalu, yaitu sekitar 591 ribu investor.
Per 31 Agustus 2021, jumlah single investor identification (SID) sekitar 2,7 juta.
Peningkatan jumlah investor ditambah dengan kemudahan akses transaksi lewat aplikasi online sehingga membuat jumlah investor aktif bulanan melonjak dari 294 ribu menjadi 641 ribu.
Dengan fenomena ini investor domestik menguasi 76% nilai transaksi di tahun 2021.
Tentu saja, tren di bursa saham juga tak akan jauh berbeda. Apalagi saat ini, 80% investor domestik merupakan milenial dan generasi Z yang lebih melek internet.
Kecendrungan positif ini harus didampingi program literasi dah edukasi yang lebih masif, baik oleh OJK, Bursa Efek Indonesia, MES, IAEI dan Iqtishad Consulting termasuk, perusahaan sekuritas, Reksadana dan DSN MUI.
Sekali lagi, Platform digital harus menjadi andalan dalam mendorong akselerasi investor di pasar modal.
Presiden Direktur Iqtishad Consulting, Agustianto Mingka berharap selain kuantitas yg begitu fantastis, kualitas investor juga penting. Beliau juga berharap investor baru yang masuk pasar bukan investor coba-coba yang hanya ikut-ikutan, tetapi investor cerdas dgn analisa yg akurat. Semakin banyak investor cerdas, niscaya pasar modal kita akan semakin tumbuh, berkembang dan matang.
Pasar modal syariah akan semakin digdaya dalam membangun ekonomi Indonesia